Morotai, Muhajirin Baru — (Humas Kemenag Morotai) Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Pulau Morotai melalui Seksi Bimbingan Masyarakat Islam menggelar Focus Group Discussion (FGD) bertema “Penguatan Deteksi Dini Konflik Sosial Berdimensi Keagamaan” di Aula PLHUT, pada Sabtu (16/8/2025) pagi.
Acara yang dihadiri aparat keamanan, organisasi masyarakat keagamaan, serta para kepala KUA itu dibuka langsung oleh Kepala Kantor Kemenag Pulau Morotai, H. Abdurachman Assagaf, S.Ag., M.Pd.I.
Dalam sambutannya, Abdurachman menekankan bahwa deteksi dini potensi konflik menjadi langkah strategis untuk menjaga kerukunan di tengah masyarakat Pulau Morotai yang majemuk. Ia menyampaikan empat pesan pokok : mengidentifikasi potensi konflik sejak dini, memperkuat koordinasi lintas pihak, mengedepankan peran tokoh agama dan ormas dalam menyuarakan perdamaian, serta menggalakkan penyuluhan keagamaan yang moderat
“Kerukunan antarumat beragama adalah kunci utama keutuhan bangsa. Tokoh agama, aparat, dan media harus bersama-sama menjaga kebersamaan itu,” ujarnya.
Suasana Forum Diskusi
Suasana diskusi di aula pagi ini terasa hangat. Para peserta yang terdiri dari Kabag OPS Polres Pulau Morotai, Kasdim 1514, perwakilan NU, Muhammadiyah, Akhairat, Wahda Islamiyah, serta seluruh kepala KUA, tampak aktif menyampaikan pandangan.
“FGD ini menjadi forum strategis. Dari sini kita belajar bahwa perbedaan tidak harus melahirkan pertentangan, melainkan bisa menjadi kekuatan untuk merawat persatuan,” ujar Kepala Seksi Bimbingan Masyarakat Islam, Fauji Abdullah.
Perwakilan aparat keamanan menekankan pentingnya koordinasi lintas lembaga untuk meredam potensi gesekan di lapangan. Sementara tokoh ormas Islam mengingatkan tentang perlunya edukasi masyarakat terkait toleransi agar perbedaan tidak berubah menjadi konflik.
Diskusi mengerucut pada kesepakatan bahwa KUA di tingkat kecamatan dapat menjadi garda terdepan mediasi. Sebagai lembaga yang langsung bersentuhan dengan masyarakat, KUA dinilai punya peran strategis untuk mendeteksi potensi perbedaan sejak awal dan menyelesaikannya secara dialogis.
Komitmen Bersama
Kegiatan yang berlangsung sehari penuh ini ditutup dengan pembacaan pernyataan sikap peserta. Seluruh pihak kemudian menandatangani komitmen bersama untuk menjaga Morotai tetap rukun, damai, dan harmonis.
Penandatanganan itu bukan sekadar formalitas. Bagi para peserta, komitmen bersama mencerminkan tekad kolektif menghadirkan kebersamaan yang kokoh di tengah keberagaman.
Dengan semangat itu, seluruh pemangku kepentingan bertekad menjadikan Pulau Morotai sebagai contoh daerah yang mampu merawat kebersamaan, meneguhkan moderasi beragama, sekaligus memperkuat ketahanan sosial di tengah perubahan zaman.